BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Kehamilan pada seorang wanita merupakan suatu proses yang
alamiah. Agar proses kehamilan dapat berjalan lancar dan tidak berkembang pada
keadaan yang patologis, serta diperoleh ibu dan bayi yang sehat optimal maka
diperlukan upaya sejak dini yaitu semenjak ibu hamil. Persiapan tidak datang
begitu saja, tetapi memerlukan beberapa persiapan, antara lain persiapan fisik
dan mental yang cukup agar kelahiran bayi dapat berjalan lancar, menghasilkan
ibu dan bayi yang sehat optimal. Peran Partisipasi suami saat persalinan sangat
penting dan dapat membantu ketenangan jiwa istri. Wanita yang diperhatikan
selama persalinan akan menunjukan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih
sedikit komplikasi persalinan, dan akan lebih mudah melakukan penyesuaian
selama masa nifas.
Berdasarkan informasi yang didapat dari para kader posyandu
bahwa ibu hamil yang dalam trimester 2, 3 mereka mengalami kecemasan, ketakutan
dalam menghadapi proses persalinan, itu merupakan salah satu ketidaksiapan mental
dalam menghadapi persalinan, sebagian ibu hamil merasa tenang dan aman karena
adanya perhatian dan dukungan dari suami dari awal kehamilan sampai persalinan
(Prawirohardjo, 2002 ).
Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan
atau dalam 42 hari setelah persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan
dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya tapi bukan karena
kecelakaan. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 Angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia hingga kini masih tinggi, 262/100.000 kelahiran
hidup. Di propinsi Jawa Timur pada tahun 2006 terdapat 690.282 jumlah ibu
hamil, dari sejumlah kelahiran tercatat 354 kasus kematian ibu maternal, yang
terjadi pada saat kehamilan 65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang,
dan kematian ibu nifas 68 orang (Depkes RI,2009). Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan (Dinkes) kabupaten Ponorogo, angka kematian ibu pada tahun 2011
tercatat 12 orang dengan jumlah persalinan normal 7514 sedangkan persalinan
dengan tindakan 589.
Dikatakan bahwa dalam banyak Negara, partisipasi menghadapi
persalinan oleh suami masih banyak dipertentangkan, ada pendapat juga yang
mengatakan bahwa kehadiran suami tersebut tidak membantu, terutama bila
terdapat ketegangan diantara mereka (Depkes, 2007). Menurut Gracia dan Carfortn(1999),
sebagian ibu menginginkan kehadiran suami (90%), 5% yang tidak menginginkan dan
5% ragu-ragu. Pada studi pendahuluan di BPS Ny Lilis didapat pada bulan
Maret-April 2012,terdapat 10 orang ibu bersalin. Yang diantaranya didampingi
suami 20%, 40% didampingi orang tua, dan 40% didampingi saudara. Dari data yang
ada menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin yang didampingi suami lebih kecil
persentasenya dibanding dengan ibu bersalin yang didampingi orang tua maupun saudara.
Kehadiran suami merupakan salah satu
dukungan moral yang dibutuhkan, karena pada saat ini ibu sedang mengalami
stress yang berat sekali. Walaupun faktor tunggal terbesar yang dapat
memodifikasi proses persalinan dan kelahiran dalam kebudayaan kita adalah para
personil medis serta situasinya. Dimana hal ini dapat berpengaruh besar
terhadap bentuk kecemasan dan depresi yang dirasakan ibu selama dan sesudah
persalinan (Pelita, 2002).
Adanya perubahan pandangan bahwa
keterlibatan suami akan memberi kontribusi positif dalam peningkatan ibu dan
anak. Dalam Making Pregnancy Safer (MPS) dinyatakan pendekatan dalam
meningkatkan partisipasi suami dalam kesehatan reproduksi adalah membekali
suami dengan informasi dan mengikut sertakan suami dalam setiap upaya
meningkatan kesehatan reproduksi. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
suami dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah mendampingi istri
selama proses persalinan dan mendukung upaya rujukan bila diperlukan.
Kehamilan dapat terjaga dan terawat
sampai persalinan, sangat dibutuhkan partisipasi suami yang dibutuhkan antara
lain : a) Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri, b) Mendorong dan
mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan kesehatan terdekat minimal 4 kali
selama kehamilan, c) Memenuhi gizi bagi istrinya agar tidak terjadi kekurangan
gizi (BKKBN, 2006).
Secara psikologi, istri sangat membutuhkan
partisipasi suami selama proses persalinan. Proses pesalinan merupakan sebuah
pertanyaan hidup mati bagi ibu. Adanya rasa cemas, panik, takut serta rasa
sakit yang luar biasa, membuat istri menginginkan perhatian dari suami. Manfaat
suami menemani istri, karena suami adalah orang yang terdekat dengan istri,
selalu ada bila dibutuhkan. Kedekatan emosi suami istri bertambah, suami akan
lebih menghargai isrti karena pengorbanan saat persalinan disaksikan suami,
sehingga suami akan lebih meningkatkan sayang dan penghargaan akan seorang ibu. Selain itu disebutkan juga bahwa asuhan
tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi
vakum, cunam dan seksio cesarea, serta persalinan juga akan berlangsung lebih
cepat. ( Sucahyani BD, 2006)
Berdasarkan paparan
diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sikap suami
tentang partisipasi dalam persalinan. Pemilihan sampel pada seluruh suami dari
istri yang hamil trimester III dan dari istri yang bersalin di BPS Ny Lilis
Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Karena dengan proses
persalinan tersebut dapat menimbulkan rasa cemas dan takut sehingga istri yang
menghadapi persalinan tersebut sangat membutuhkan dukungan terutama orang
terdekatnya yaitu suami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar