BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan merupakan kejadian fisiologis yang dapat
terjadi pada wanita dewasa dan merupakan suatu proses dimana terjadi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam uterus yang dimulai sejak konsepsi dan
berakhir dalam persalinan (Manuaba, 2001: 191). Namun pada kenyataannya
beberapa kehamilan dapat menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Untuk
mencegah atau mendeteksi komplikasi secara dini maka harus dilakukan periksa
kehamilan secara teratur. Tingginya angka kematian ibu diantaranya disebabkan
rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Caresehingga mengakibatkan ibu
hamil tidak teratur melakukan Antenatal
Care. Ada beberapa faktor penyebab mengapa ibu hamil kurang termotifasi
dalam melakukan Antenatal Care antara lain kurangnya pengetahuan ibu
tentang Antenatal Care, kesibukan, tingkat sosial ekonomi yang rendah,
dukungan suami yang kurang, kurangnya kemudahan untuk palayanan maternal,
asuhan medic yang kurang baik, kurangnya tenaga terlatih ( Prawirohardjo,2006).
|
AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk itu Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang pada dasarnya menyatu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” salah satu diantaranya adalah pelayanan Antenatal (Sarwono, 2001:5-6).
Di provinsi Jawa Timur pada tahun 2006 terdapat 690.282 jumlah ibu hamil
dari sejumlah kelahiran tercatat 354 kasus kematian ibu maternal, yang terjadi
pada saat kehamilan 65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang, dan
kematian ibu nifas 68 orang (DEPKES RI, 2009). Berdasarkan data dari dinas
kesehatan (DINKES) kabupaten Ponorogo, angka kematian ibu pada tahun 2011
tercatat 12 orang dengan jumlah persalinan normal 7514 Sedangkan persalinan
dengan tindakan 589 orang. Di BPS Ny.Siti Inganah Desa Kemiri Kecamatan
Jenangan Kabupaten Ponorogo ini sangat banyak pengunjung yang melakukan
Antenatal Care karena jumlah pengunjung didominasi oleh warga Jenangan bagian
timur bahkan sampai kecamatan Ngebel. Dalam upaya pencapaian MDG’s dan tujuan
pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu
dengan menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT).
Untuk menurunkan angka kematian ibu diperlukan upaya yang terkait dengan
kehamilan kelahiran dan nifas.
Pelayanan Antenatal Care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan
(SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
antenatal kepada ibu hamil antara lain Dokter spesialis kebidanan, dokter,
bidan dan perawat. Pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar meliputi
timbang berat badan, pengukuran tinggi bandan, tekanan darah, nilai status
gizi, (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan persentasi
janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan
emberian imunusasi tetanus toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test labolatorium (rutin dan khusus),
tata laksanan kasus, serta temu wicara (konseling), termasuk perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi
(P4K), serta KB pasca persalianan.
Hasil pencapaian program
pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dimulai dengan menggunakan indikator
cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan ( untuk penghitungan
indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan
minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan (untuk menghitung indikator
K4) dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada diwilayah kerja dalam 1 tahun.
Cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu hamil selama enam tahun terakhir terlihat
bahwa cakupan K1 selama tahun 2004 sampai 2010 terus mengalami peningkatan dari
88,09% pada tahun 2004 menjadi 95,26% pada tahun 2010. Sedangkan cakupan K4
pada tahun 2004-2010 cenderung meninkat dari 77% pada tahun 2004 menjadi 85,56%
pada tahun 2010. Terjadi kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 pada tahun 2004
terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4 sebesar 11% kemudian tahun 2006
terjadi 10% dan pada tahun 2008 semakin kecil, yaitu 6,6%, Namun pada tahun
2009-2010 kesenjangan kembali meningkat menjadi 9%. Kesenjangan antara cakupan
K1 dan K4 menunjukan angka drop out
K1-K4 dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu
hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga
kunjungan keempat pada triwulan 3, sehingga kehamilanya dapat terus dipantau
oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, Jumlah ibu hamil
berkunjung di BPS Ny.”Siti Inganah” Kemiri Jenangan bulan
Februari 2012 terdapat 40 ibu hamil pada tanggal 20 Maret 2012 dari 10 ibu hamil
didapatkan yang memiliki pengetahuan baik 2 orang(20%), pengetahuan cukup 3
orang (30%), dan yang memiliki pengetahuan kurang 5 orang (50%). Fenomena yang
terjadi dilapangan, terdapat ibu hamil yang tidak bersedia melakukan kunjungan Antenatal Care dengan alasan malu. Hal
ini dikarenakan kehamilan tersebut tidak diinginkan, salah satu faktor penyebabnya
karena kegagalan kontrasepsi.
Pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan
dan konseling kepada ibu hamil serta keluarga agar ibu hamil dapat melalui
kehamilannya dengan sehat dan selamat dengan frekuensi kunjungan minimal 4 kali
selama kehamilan dengan ketentuan waktu sebagai berikut satu kali pada
trimester pertama (sebelum 14 minggu). Satu kali selama trimester kedua (antara
minggu 14-28). Dua kali kunjugan trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke 36).
(Prawirohardjo,
2006)
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan janin(Manuaba, 2001:
191).
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal care, maka perlu dilakukan
sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya Antenatal Care pada ibu hamil. Sosialisasi dan penyuluhan ini dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan seperti petugas dari puskesmas, bidan desa,
tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Adanya sosilisasi diharapkan ibu hamil dapat
mengerti tentang Antenatal Care. Mengingat latar belakang permasalahan
tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Antenatal Care di BPS Ny.”Siti Inganah” Desa Kemiri Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar