BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bayi
dan anak merupakan individu yang unik dengan memerlukan pengawasan yang khusus.
Dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya, anak menjadi lebih aktif dan
selalu ingin tahu tentang apapun yang dilihatnya. Dalam teori perkembangan
Kepribadian Menurut Sigmund Freud dijelaskan bahwa ada beberapa fase
perkembangan anak yaitu fase Oral (0 - 18 bulan),
fase Anal (18 bulan - 3tahun), fase Phallic (3 - 5 tahun), fase Laten (5 - 12
tahun), fase Genetal (12 - 18 tahun) (Tembong, 2006:10 - 16). Pada fase oral, anak lebih suka memasukkan
segala sesuatu ke dalam mulutnya. Apabila orang tua lalai, maka anak dapat
mengalami tersedak. Tersedak adalah
seseorang menghirup sesuatu selain udara ke dalam saluran napasnya. Di kalangan
anak-anak, tersedak sering disebabkan oleh cairan yang masuk ke arah yang salah
(Shelov, 2004:484). Tersedak merupakan
kematian paling sering pada anak-anak di bawah satu tahun dan bahaya
tersebut tetap besar sampai usia lima tahun. Selain cairan maupun makanan benda
kecil bukan makanan juga bisa menyebabkan tersedak (Shelov, 2004:487). Tersedak
merupakan penyebab kematian mendadak keempat pada anak yang berusia kurang dari
3 tahun (Carpenito, 2009:616).
Lebih dari 50 orang anak meninggal setiap tahun karena
tersedak benda asing atau makanan (Hull, Johnston, 2008:112). Ada beberapa
jenis makanan yang menjadi faktor penyebab tersedak pada anak di bawah
usia 3 tahun, antara lain 17 % kasus disebabkan oleh inhalasi hot dog, dengan persentase sebagai berikut: permen
keras (10 %),
anggur (9 %) dan
kacang-kacangan (8 %) (Hopkins,
2010, ¶ 2, http: // www.news-medical.net, diperoleh tanggal 1 Januari 2011).
Data yang diperoleh dari RSUD dr. Harjono Ponorogo, kasus adanya benda asing di tenggorokan
adalah sebanyak 157 orang pada tahun 2009 dan 112 orang pada tahun 2010 (Rekam
Medik RSUD dr. Harjono Ponorogo).
Jumlah anak umur 0 - 3 tahun terbanyak di Wilayah
Kabupaten Ponorogo adalah Kecamatan Ponorogo, sedangkan terbanyak di Kelurahan
Mangkujayan dan Kelurahan Keniten termasuk wilayah kerja Puskemas Ponorogo
Utara (Dinas Kesehatan Ponorogo, 2009).
Posyandu di Kelurahan Mangkujayan sebanyak 8 Posyandu dan Kelurahan Keniten
sebanyak 7 Posyandu (Puskesmas Ponorogo Utara, 2010). Jumlah anak usia 0 - 3
tahun tertinggi di Kelurahan Mangkujayan
adalah di Kartini 2 sebanyak 32 anak (Polindes Mangkujayan, 2010) dan anak usia
0 - 3 tahun tertinggi di Kelurahan
Keniten adalah di Melati 6 sebanyak 35 anak (Polindes Keniten, 2010). Menurut hasil
wawancara yang peneliti lakukan pada petugas Polindes, petugas Polindes sering
dicurhati oleh para ibu yang mempunyai anak kurang dari 3 tahun yaitu tentang
tersedak/keselak dan menurut ibu,“anak sering mengalami tersedak saat minum
maupun makan”.
Tersedak pada seseorang memang terjadi sewaktu - waktu,
berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya tersedak. Salah
satu faktor yang menyebabkan tersedak pada
anak ialah perilaku ibu yang kurang tepat dalam mengasuh anaknya.
Banyak ibu yang mempunyai kebiasaan menyuapi anak sambil membiarkan anaknya
bermain. Mereka melakukan hal tersebut dengan alasan agar anak mau makan. Ibu cenderung
membiarkan anaknya bermain, berlari bahkan
makan sambil berbicara maupun tertawa. Padahal ketika anak makan sambil tertawa
maupun berbicara dapat menyebabkan makanan atau minuman masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga
menghalangi keluar masuknya udara. Saat
benda atau makanan ada di dalam mulut, anak tertawa atau menjerit, sehingga
pada saat inspirasi, laring terbuka dan makanan, minuman atau benda asing masuk
ke dalam laring. Pada
saat benda asing itu terjepit di sfingter laring, anak batuk berulang-ulang
(paroksismal), sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Anak yang tersedak akan mengalami gawat napas, berusaha
keras untuk bernapas dan secara progresif menjadi sianosis (Iskandar, Soepardi,
2001:218). Anak tidak bersuara karena obstruksi terletak di laring, terjepit
antara pita suara. Anak akan meninggal bila usaha yang dilakukannya tidak
berhasil mengeluarkan benda asing tersebut (Hull, Johnston, 2008:112).
Dengan kesibukan
setiap para anggota keluarga tidak menutup kemungkinan
mereka akan lalai serta tidak
memperhatikan saat mengasuh buah hatinya dan semakin bertambah
pula yang mengalami tersedak. Sebagian besar yang mengasuh anaknya ialah seorang Ibu,
maka dari itu sebagai Ibu lebih baik mengawasi dan memperhatikan tingkah laku
dari anaknya. Namanya musibah kita semua tidak tahu kapan akan terjadi, bila
upaya pencegahan tidak berhasil dan musibah datang diantaranya ialah tersedak
maka Ibu harus memberikan pertolongan pertama. Bila anak tersedak tetapi dapat
bernapas (seperti ditunjukkan dengan batuk atau berbicara), Ibu jangan lakukan
apapun. Dorong anak anda untuk batuk hingga benda tersebut keluar. Jika anak
anda tidak bernapas (berumur kurang dari satu tahun), ibu harus melakukan
pukulan dipunggung lima kali dan tekanan
di dada lima kali. Untuk anak anda yang lebih besar dari satu tahun, lakukan
manuver Heimlich (tekanan perut). Ingat penanganan yang paling baik untuk
tersedak adalah pencegahan (Lansky, 2007:222). Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak.
Pada umumnya perilaku seorang ibu menjadi panik dan tentu
menjadi cemas anaknya akan meninggal. Hal tersebut merupakan akibat kurang
pengetahuan yang berdampak pada perilaku ibu dalam menangani tersedak pada
anak. Bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka anak
akan terhindar dari ancaman kematian dan tidak ada luka dalam setalah dilakukan
tindakan, sebaliknya bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak salah maka akan terjadi luka dalam
yang ibu tidak tahu sehingga bisa menyebabkan kematian pada anak tersebut.
Dari masalah tersebut, maka peneliti ingin
mengadakan penelitian PERILAKU
IBU DALAM PENANGANAN TERSEDAK PADA ANAK UMUR 0 - 3 TAHUN DIDUA POSYANDU WILAYAH
KERJA PUSKESMAS XXXXXX.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar