Minggu, 16 September 2012

PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN TERSEDAK PADA ANAK UMUR 0 - 3 TAHUN DIDUA POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXXXXX.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bayi dan anak merupakan individu yang unik dengan memerlukan pengawasan yang khusus. Dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya, anak menjadi lebih aktif dan selalu ingin tahu tentang apapun yang dilihatnya. Dalam teori perkembangan Kepribadian Menurut Sigmund Freud dijelaskan bahwa ada beberapa fase perkembangan anak yaitu fase Oral (0 - 18 bulan), fase Anal (18 bulan - 3tahun), fase Phallic (3 - 5 tahun), fase Laten (5 - 12 tahun), fase Genetal (12 - 18 tahun) (Tembong, 2006:10 - 16).  Pada fase oral, anak lebih suka memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Apabila orang tua lalai, maka anak dapat mengalami tersedak. Tersedak adalah seseorang menghirup sesuatu selain udara ke dalam saluran napasnya. Di kalangan anak-anak, tersedak sering disebabkan oleh cairan yang masuk ke arah yang salah (Shelov, 2004:484). Tersedak merupakan  kematian paling sering pada anak-anak di bawah satu tahun dan bahaya tersebut tetap besar sampai usia lima tahun. Selain cairan maupun makanan benda kecil bukan makanan juga bisa menyebabkan tersedak (Shelov, 2004:487). Tersedak merupakan penyebab kematian mendadak keempat pada anak yang berusia kurang dari 3 tahun (Carpenito, 2009:616).

Lebih dari 50 orang anak meninggal setiap tahun karena tersedak benda asing atau makanan (Hull, Johnston, 2008:112). Ada beberapa jenis makanan yang menjadi faktor penyebab tersedak pada anak di bawah usia 3 tahun, antara lain 17 % kasus disebabkan oleh inhalasi hot dog, dengan persentase sebagai berikut: permen keras (10 %), anggur (9 %) dan kacang-kacangan (8 %) (Hopkins, 2010, ¶ 2, http: // www.news-medical.net, diperoleh tanggal 1 Januari 2011). Data yang diperoleh dari RSUD dr. Harjono Ponorogo,  kasus adanya benda asing di tenggorokan adalah sebanyak 157 orang pada tahun 2009 dan 112 orang pada tahun 2010 (Rekam Medik RSUD dr. Harjono Ponorogo).
Jumlah anak umur 0 - 3 tahun terbanyak di Wilayah Kabupaten Ponorogo adalah Kecamatan Ponorogo, sedangkan terbanyak di Kelurahan Mangkujayan dan Kelurahan Keniten termasuk wilayah kerja Puskemas Ponorogo Utara  (Dinas Kesehatan Ponorogo, 2009). Posyandu di Kelurahan Mangkujayan sebanyak 8 Posyandu dan Kelurahan Keniten sebanyak 7 Posyandu (Puskesmas Ponorogo Utara, 2010). Jumlah anak usia 0 - 3 tahun tertinggi di  Kelurahan Mangkujayan adalah di Kartini 2 sebanyak 32 anak (Polindes Mangkujayan, 2010) dan anak usia 0 - 3 tahun tertinggi di  Kelurahan Keniten adalah di Melati 6 sebanyak 35 anak (Polindes Keniten, 2010). Menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan pada petugas Polindes, petugas Polindes sering dicurhati oleh para ibu yang mempunyai anak kurang dari 3 tahun yaitu tentang tersedak/keselak dan menurut ibu,“anak sering mengalami tersedak saat minum maupun makan”.
Tersedak pada seseorang memang terjadi sewaktu - waktu, berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya tersedak. Salah satu faktor yang menyebabkan tersedak pada anak ialah perilaku ibu yang kurang tepat dalam mengasuh anaknya. Banyak ibu yang mempunyai kebiasaan menyuapi anak sambil membiarkan anaknya bermain. Mereka melakukan hal tersebut dengan alasan agar anak mau makan. Ibu cenderung membiarkan anaknya bermain, berlari bahkan makan sambil berbicara maupun tertawa. Padahal ketika anak makan sambil tertawa maupun berbicara dapat menyebabkan makanan atau minuman masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga menghalangi keluar masuknya udara. Saat benda atau makanan ada di dalam mulut, anak tertawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan makanan, minuman atau benda asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing itu terjepit di sfingter laring, anak batuk berulang-ulang (paroksismal), sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Anak yang tersedak akan mengalami gawat napas, berusaha keras untuk bernapas dan secara progresif menjadi sianosis (Iskandar, Soepardi, 2001:218). Anak tidak bersuara karena obstruksi terletak di laring, terjepit antara pita suara. Anak akan meninggal bila usaha yang dilakukannya tidak berhasil mengeluarkan benda asing tersebut (Hull, Johnston, 2008:112).
Dengan kesibukan setiap para anggota keluarga tidak menutup kemungkinan mereka akan lalai serta tidak memperhatikan saat mengasuh buah hatinya dan semakin bertambah pula yang mengalami tersedak. Sebagian besar yang mengasuh anaknya ialah seorang Ibu, maka dari itu sebagai Ibu lebih baik mengawasi dan memperhatikan tingkah laku dari anaknya. Namanya musibah kita semua tidak tahu kapan akan terjadi, bila upaya pencegahan tidak berhasil dan musibah datang diantaranya ialah tersedak maka Ibu harus memberikan pertolongan pertama. Bila anak tersedak tetapi dapat bernapas (seperti ditunjukkan dengan batuk atau berbicara), Ibu jangan lakukan apapun. Dorong anak anda untuk batuk hingga benda tersebut keluar. Jika anak anda tidak bernapas (berumur kurang dari satu tahun), ibu harus melakukan pukulan dipunggung  lima kali dan tekanan di dada lima kali. Untuk anak anda yang lebih besar dari satu tahun, lakukan manuver Heimlich (tekanan perut). Ingat penanganan yang paling baik untuk tersedak adalah pencegahan (Lansky, 2007:222). Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak.
Pada umumnya perilaku seorang ibu menjadi panik dan tentu menjadi cemas anaknya akan meninggal. Hal tersebut merupakan akibat kurang pengetahuan yang berdampak pada perilaku ibu dalam menangani tersedak pada anak. Bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak pada anak betul maka anak akan terhindar dari ancaman kematian dan tidak ada luka dalam setalah dilakukan tindakan, sebaliknya bila perilaku ibu dalam penanganan tersedak  pada anak salah maka akan terjadi luka dalam yang ibu tidak tahu sehingga bisa menyebabkan kematian pada anak tersebut.
Dari masalah tersebut, maka peneliti ingin mengadakan penelitian PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN TERSEDAK PADA ANAK UMUR 0 - 3 TAHUN DIDUA POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS XXXXXX.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar