terhadap pasien-pasien penderita penyakit jantung. Penelitian dilakukan
oleh sekelompok peneliti dari Mid American Heart Institute terhadap pasien
jantung yang dirawat di ruang rawat intensif. Para pasien jantung tersebut
terbagi dalam dua kekompok secara acak (random), terkontrol dan sacara ganda.
Kelompok pertama sebanyak 466 orang yang mendapatkan do’a dan dzikir secara
intensif setiap hari selama 28 hari, dan kelompok kedua sebanyak 254 orang,
lainnya sebagai kelompok kontrol. Sekelompok rohaniawan melakukan do’a dan
dzikir bersama untuk masing-masing pasien dari kelompok pertama; mereka tidak
tahu secara rinci pasien-pasien itu dan hanya mengetahui nama-nama depannya
saja. Sementara pasien-pasien itu sendiri dan juga dokter yang merawatnya tidak
mengetahui percobaan yang dilakukan oleh para rohaniawan tersebut.
Hasil penelitian tersebut ternyata bahwa komplikasi yang membutuhkan
pengobatan lebih lanjut atau tindakan bedah 11% lebih rendah pada kelompok
kedua, dan perbedaan ini secara statistic sangat bermakna. Meskipun temuan ini
tidak dapat diterangkan secara ilmiah kedokteran, tetapi bisa saja do’a dan
dzikir itu bagaikan generator yang mampu membangkitkan kekuatan bagi pasien.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Dr.HARJONO
S,Sp.OG Ponorogo pada tanggal 13 November 2007, yang dilakukan pada 10 orang
keluarga pasien, tentang peran keluarga pada pasien penyakit kronis (jantung,
stroke, dan deabetes mellitus) dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di
RSUD Dr.HARJONO S,Sp.OG Ponorogo mengenai bagaimana peran keluarga dalam
mendo’akan, mengingatkan, menanyakan serta dukungan yang diberikan pada pasien.
Diperoleh data bahwa peran keluarga atau orang yang menjenguk pasien yang
menderita penyakit kronis di RSUD Dr.HARJONO S,Sp.OG Ponorogo dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual klien sebagai berikut: yang selalu memberikan pemenuhan
kebutuhan spiritual pada klien sebanyak 3 orang (30%), yang jarang memberikan
pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien sebanyak 4 orang (40%), dan yang tidak
sama sekali sebanyak 3 orang (30%). Dari berbagai jenis penyakit kronis yang
ada di RSUD Dr. HARJONO S,Sp.OG Ponorogo, peneliti tertarik pada penyakit
deabetes mellitus. Data yang diperoleh dari RSUD Dr. HARJONO S,Sp.OG Ponorogo
tentang penyakit deabetes mellitus sampai bulan November 2007 sebanyak : 220
orang.
Berdasarkan data tersebut, masalah dalam penelitian ini adalah masih
rendahnya kesadaran para keluarga untuk memberikan pemenuhan kebutuhan
spiritual pada pasien penyakit kronis (Deabetes Mellitus) di RSUD Dr.HARJONO
S,Sp.OG Ponorogo (yang tidak sama sekali memberikan pemenuhan kebutuhan
spiritual pada pasien penyakit kronis (DM) sebanyak 30 % ). Sehingga bila hal
tersebut terjadi terus, maka akan mengakibatkan kesenjangan antar anggota
keluarga terutama pada si sakit. Selain itu si sakit akan merasa diabaikan
sehingga penyakit yang dideritanya semakin parah atau tak kunjung sembuh karena
tidak ada motivasi atau dukungan mental (spiritual) dari anggota keluarga,
seperti memberikan nasihat agar pasien tetap tabah dalam menghadapi
penyakitnya, membantu pasien dalam berdo’a, mengingatkan bila sudah waktunya
sholat, selalu mendampingi pasien saat dilakukan tindakan perawatan, dan
mengingatkan pasien agar selalu ingat pada Yang Maha Kuasa.
Untuk itu Perawat harus cepat tanggap dalam mengatasi masalah tersebut.Agar
hubungan antar anggota keluarga bisa terjalin harmonis khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Prof. Stinnet dan John de Frain (1987) di Amerika, mereka menanyakan bahwa
untuk mempertahankan eksistensi keluarga di Amerika Serikat dengan kriteria happy
and healthy family, diperlukan hal-hal sebagai berikut : 1. Kehidupan beragama
dalam keluarga, 2. Tersedianya waktu bersama dalam keluarga, 3. Terciptanya
komunikasi yang baik antar-anggota keluarga, 4. Saling menghargai antar-sesama
anggota keluarga, 5. Keluarga sebagai ikatan sosial terkecil dalam masyarakat
hendaknya kuat, erat, dan tidak longgar, 6. Bila dalam keluarga terjadi krisis,
utamakan keutuhan rumah tangga di atas kepentingan pribadi (egoisme)
masing-masing, dan selesaikan secara kontruktif-positif, bahkan kalau perlu
dengan bantuan seseorang (Ali yafie, 2003: 64).
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang:
“GAMBARAN PERAN KELUARGA PADA PASIEN PENYAKIT KRONIS (DIABETES MELLITUS) DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RSUD XXXX”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar