Minggu, 16 September 2012

GAMBARAN PERAN KELUARGA PADA PASIEN PENYAKIT KRONIS (DIABETES MELLITUS) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RSUD XXXX”

terhadap pasien-pasien penderita penyakit jantung. Penelitian dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Mid American Heart Institute terhadap pasien jantung yang dirawat di ruang rawat intensif. Para pasien jantung tersebut terbagi dalam dua kekompok secara acak (random), terkontrol dan sacara ganda. Kelompok pertama sebanyak 466 orang yang mendapatkan do’a dan dzikir secara intensif setiap hari selama 28 hari, dan kelompok kedua sebanyak 254 orang, lainnya sebagai kelompok kontrol. Sekelompok rohaniawan melakukan do’a dan dzikir bersama untuk masing-masing pasien dari kelompok pertama; mereka tidak tahu secara rinci pasien-pasien itu dan hanya mengetahui nama-nama depannya saja. Sementara pasien-pasien itu sendiri dan juga dokter yang merawatnya tidak mengetahui percobaan yang dilakukan oleh para rohaniawan tersebut.
Hasil penelitian tersebut ternyata bahwa komplikasi yang membutuhkan pengobatan lebih lanjut atau tindakan bedah 11% lebih rendah pada kelompok kedua, dan perbedaan ini secara statistic sangat bermakna. Meskipun temuan ini tidak dapat diterangkan secara ilmiah kedokteran, tetapi bisa saja do’a dan dzikir itu bagaikan generator yang mampu membangkitkan kekuatan bagi pasien.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Dr.HARJONO S,Sp.OG Ponorogo pada tanggal 13 November 2007, yang dilakukan pada 10 orang keluarga pasien, tentang peran keluarga pada pasien penyakit kronis (jantung, stroke, dan deabetes mellitus) dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSUD Dr.HARJONO S,Sp.OG Ponorogo mengenai bagaimana peran keluarga dalam mendo’akan, mengingatkan, menanyakan serta dukungan yang diberikan pada pasien. Diperoleh data bahwa peran keluarga atau orang yang menjenguk pasien yang menderita penyakit kronis di RSUD Dr.HARJONO S,Sp.OG Ponorogo dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien sebagai berikut: yang selalu memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien sebanyak 3 orang (30%), yang jarang memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien sebanyak 4 orang (40%), dan yang tidak sama sekali sebanyak 3 orang (30%). Dari berbagai jenis penyakit kronis yang ada di RSUD Dr. HARJONO S,Sp.OG Ponorogo, peneliti tertarik pada penyakit deabetes mellitus. Data yang diperoleh dari RSUD Dr. HARJONO S,Sp.OG Ponorogo tentang penyakit deabetes mellitus sampai bulan November 2007 sebanyak : 220 orang.
Berdasarkan data tersebut, masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kesadaran para keluarga untuk memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien penyakit kronis (Deabetes Mellitus) di RSUD Dr.HARJONO S,Sp.OG Ponorogo (yang tidak sama sekali memberikan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien penyakit kronis (DM) sebanyak 30 % ). Sehingga bila hal tersebut terjadi terus, maka akan mengakibatkan kesenjangan antar anggota keluarga terutama pada si sakit. Selain itu si sakit akan merasa diabaikan sehingga penyakit yang dideritanya semakin parah atau tak kunjung sembuh karena tidak ada motivasi atau dukungan mental (spiritual) dari anggota keluarga, seperti memberikan nasihat agar pasien tetap tabah dalam menghadapi penyakitnya, membantu pasien dalam berdo’a, mengingatkan bila sudah waktunya sholat, selalu mendampingi pasien saat dilakukan tindakan perawatan, dan mengingatkan pasien agar selalu ingat pada Yang Maha Kuasa. 
Untuk itu Perawat harus cepat tanggap dalam mengatasi masalah tersebut.Agar hubungan antar anggota keluarga bisa terjalin harmonis khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prof. Stinnet dan John de Frain (1987) di Amerika, mereka menanyakan bahwa untuk mempertahankan eksistensi keluarga di Amerika Serikat dengan kriteria happy and healthy family, diperlukan hal-hal sebagai berikut : 1. Kehidupan beragama dalam keluarga, 2. Tersedianya waktu bersama dalam keluarga, 3. Terciptanya komunikasi yang baik antar-anggota keluarga, 4. Saling menghargai antar-sesama anggota keluarga, 5. Keluarga sebagai ikatan sosial terkecil dalam masyarakat hendaknya kuat, erat, dan tidak longgar, 6. Bila dalam keluarga terjadi krisis, utamakan keutuhan rumah tangga di atas kepentingan pribadi (egoisme) masing-masing, dan selesaikan secara kontruktif-positif, bahkan kalau perlu dengan bantuan seseorang (Ali yafie, 2003: 64).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang: “GAMBARAN PERAN KELUARGA PADA PASIEN PENYAKIT KRONIS (DIABETES MELLITUS) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI RSUD XXXX”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar