BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan
nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Manfaat nutrisi dalam tubuh
dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya
berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi
dan protein, anemia, difisiensi, kalium dan lain-lain yang dapat menghambah
proses tumbuh kembang anak. Terpenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak
diharapkan akan dapat tumbuh dengan usia tumbuh kembang dan meningkatkan
kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortabilitas. (Hidayat,
A., 2000: 87).
Nutrisi
yang paling ideal untuk bayi adalah air susu ibu. Tetapi susu formula merupakan
alternatif air susu ibu yang dapat diterima dan bergizi. Susu formula hanya
dapat mendekati kombinasi air susu ibu dan tidak dapat memberikan enzim,
antibodi serta zat-zat lain yang sangat berharga seperti pada air susu ibu. (Shelvon,
P., 2004: 79).
Pada
majalah trust disebutkan terjadi
peningkatan penggunaan susu formula dan peningkatan
penggunaan susu formula tersebut juga meningkatkan resiko gangguan pencernaan
pada anak dan remaja. (www.majalahtrust.com,
2007). Bayi dengan susu formula juga mempunyai kemungkinan mengalami sembelit. Jenis susu
formula yang dikonsumsi si kecil juga ikut menjadi penyebab sembelit. (www.tabloid-nikita.com, 2007). Sembelit
atau konstipasi merupakan kesukaran membuang air besar lantaran tinja keras dan
kering. (www.pil-fiber.com, 2007). Bayi
dikatakan sembelit bila tinja yang dikeluarkan terlihat keras, kering, si bayi
mengerang kesakitan dan menjadi rewel. Ada
cairan yang keluar diantara tinja dan rectum. (www.tabloid-nikita.com, 2007).
Kira-kira
bayi baru lahir di Amerika Serikat diberi susu ibu, menjelang enam bulan, hanya
11 persen diberi susu ibu, sementara hanya 2% yang masih diberi air susu ibu
pada usia satu tahun. (Shelvon P., 2004: 79). Menurut Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah
menyusui bayinya. Tapi, jumlah ibu yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung
menurun 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. cakupan ASI eksklusif
enam bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun
2002. Sedangkan penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali
lipat selama 5 tahun, dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002.
(www.majalahtrust.com, 2007).
Menurut survey yang dilakukan di Jepang tahun 1984 ditemukan 26% anak-anak
cenderung mengalami susah buang air besar. (www.vegeta.co.id,
2007). Sembelit merupakan keluhan yang sering membuat ibu membawa bayinya ke
dokter anak. Angka kejadian sekitar 3% dari pasien rawat jalan anak di RSIA
Hermoni Depok. (www.anakku.net, 2007)
Bayi
sampai usia 4 bulanan yang mengalami sembelit bisa disebabkan oleh pemberian
susu formula karena bayi sulit mencerna komposisi bahan-bahan dalam susu sapi. Komponen
dalam susu formula seperti laktoglobulin dan casein memberi manifestasi
gangguan pencernaan seperti sembelit. Kelebihan kalsium, kurang cairan dan
kadar kalium darah yang juga menyebabkan sembelit. (cyberwoman.cbn.net.id, 2007).
Gangguan ini bisa timbul karena kandungan yang terdapat dalam susu formula
seperti laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu),
komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya.
(pdpersi, 2006).
Suatu
penelitian menujukan bahwa susu formula dengan campuran lemak nabati seperti
minyak kelapa sawit (palmolein) dapat menyebabkan tinja lebih keras dan
defekasi menjadi lebih jarang. Penelitian lain menujukkan bayi yang minum susu
formula yang mengadung minyak kelapa sawit, lemaknya lebih lambat diserap dibanding
susu formula tanpa minyak kelapa sawit. (www.anakku.net,
2007). Gangguan sembelit bisa diakibatkan larutan susu yang terlalu kental. Takaran
susu formula umumnya sudah dibuat sedemikian rupa dan memperhatikan osmolaritas
(tingkat kekentalan) yang disesuaikan dengan kemampuan fungsi pencernaan bayi.
Juga dengan memperhatikan komposisi masing-masing produk susu yang dibuat. Jika
standar pengenceran itu dilanggar, maka sistem pencernaan bayi tidak bisa
menerima sehingga dapat menimbulkan gangguan pencernaan. Selain itu, fungsi
pencernaan bayi umumnya belum optimal dan mudah terganggu jika asupan yang diterima
"tidak sesuai" dengan kemampuannya. (www.tabloid-nikita.com, 2007).
Konstipasi
atau sembelit yang berlangsung terus maka akan mengakibatkan tinja semakin
keras dan padat, sehingga menyebabkan makin susahnya defekasi. Ada kemungkinan akan
menimbulkan haemorrhoid, perut akan terasa penuh dan mendesak ke atas, kembung,
berbunyi, mual-mual, mulut terasa pahit atau tidak enak, lidah kering, kepala
pusing, nafsu makan menurun. (Hadi,
Sujono, 2002: 62)
Sembelit
dapat diatasi dengan pemberian ASI ekskusif pada bayi karena ASI mengandung
laktosa (gula susu). Tingginya laktosa pada ASI membuat bayi BAB normal dan berkonsultasi
dengan dokter anak dalam menggunakan susu formula yang tepat.
(cyberwoman.cbn.net, 2007). Selain pemberian ASI dan konsultasi, ibu juga harus
mengamati gejala saluran pencernaan, gangguan perilaku, dan gangguan organ tubuh
lainnya sejak bayi lahir. Sehingga ibu lebih cepat untuk mengambil tindakan.
Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka
panjang seperti sulit BAB. Karena itu, pemberian susu formula kepada bayi harus
disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah dianjurkan strategi
pemilihan susu formula. Bila gangguan ringan dengan pergantian susu sapi
formula yang sejenis seperti susu soya (kedelai) sehingga gangguan tersebut dapat
berkurang. Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak
atau susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Selain itu, lakukan
pengenceran susu formula dengan tepat. Laksans (pencahar) seperti sirup jagung
(corn syrup), laktulosa, juice pear/ apel (sarbitol), PEG 3550 non elektrolit
dapat digunakan dalam mengatasi sembelit. (www.anakku.net,
2007).
Berdasarkan
fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
penggunaan susu formula terhadap kejadian konstipasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar