Minggu, 16 September 2012

Pengaruh Penggunaan Susu Formula Terhadap Kejadian Konstipasi.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, difisiensi, kalium dan lain-lain yang dapat menghambah proses tumbuh kembang anak. Terpenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak diharapkan akan dapat tumbuh dengan usia tumbuh kembang dan meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortabilitas. (Hidayat, A., 2000: 87).
Nutrisi yang paling ideal untuk bayi adalah air susu ibu. Tetapi susu formula merupakan alternatif air susu ibu yang dapat diterima dan bergizi. Susu formula hanya dapat mendekati kombinasi air susu ibu dan tidak dapat memberikan enzim, antibodi serta zat-zat lain yang sangat berharga seperti pada air susu ibu. (Shelvon, P., 2004: 79).
Pada majalah trust  disebutkan terjadi peningkatan penggunaan susu  formula dan peningkatan penggunaan susu formula tersebut juga meningkatkan resiko gangguan pencernaan pada anak dan remaja. (www.majalahtrust.com, 2007). Bayi dengan susu formula juga mempunyai  kemungkinan mengalami sembelit. Jenis susu formula yang dikonsumsi si kecil juga ikut menjadi penyebab sembelit. (www.tabloid-nikita.com, 2007). Sembelit atau konstipasi merupakan kesukaran membuang air besar lantaran tinja keras dan kering. (www.pil-fiber.com, 2007). Bayi dikatakan sembelit bila tinja yang dikeluarkan terlihat keras, kering, si bayi mengerang kesakitan dan menjadi rewel. Ada cairan yang keluar diantara tinja dan rectum. (www.tabloid-nikita.com, 2007).
Kira-kira bayi baru lahir di Amerika Serikat diberi susu ibu, menjelang enam bulan, hanya 11 persen diberi susu ibu, sementara hanya 2% yang masih diberi air susu ibu pada usia satu tahun. (Shelvon P., 2004: 79). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya. Tapi, jumlah ibu yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. cakupan ASI eksklusif enam bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sedangkan penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun, dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002. (www.majalahtrust.com, 2007). Menurut survey yang dilakukan di Jepang tahun 1984 ditemukan 26% anak-anak cenderung mengalami susah buang air besar. (www.vegeta.co.id, 2007). Sembelit merupakan keluhan yang sering membuat ibu membawa bayinya ke dokter anak. Angka kejadian sekitar 3% dari pasien rawat jalan anak di RSIA Hermoni Depok. (www.anakku.net, 2007)
Bayi sampai usia 4 bulanan yang mengalami sembelit bisa disebabkan oleh pemberian susu formula karena bayi sulit mencerna komposisi bahan-bahan dalam susu sapi. Komponen dalam susu formula seperti laktoglobulin dan casein memberi manifestasi gangguan pencernaan seperti sembelit. Kelebihan kalsium, kurang cairan dan kadar kalium darah yang juga menyebabkan sembelit. (cyberwoman.cbn.net.id, 2007). Gangguan ini bisa timbul karena kandungan yang terdapat dalam susu formula seperti laktosa, gluten, zat warna, aroma rasa (vanila, coklat, strawberi, madu), komposisi lemak, kandungan DHA, minyak jagung, minyak kelapa sawit dan sebagainya. (pdpersi, 2006).
Suatu penelitian menujukan bahwa susu formula dengan campuran lemak nabati seperti minyak kelapa sawit (palmolein) dapat menyebabkan tinja lebih keras dan defekasi menjadi lebih jarang. Penelitian lain menujukkan bayi yang minum susu formula yang mengadung minyak kelapa sawit, lemaknya lebih lambat diserap dibanding susu formula tanpa minyak kelapa sawit. (www.anakku.net, 2007). Gangguan sembelit bisa diakibatkan larutan susu yang terlalu kental. Takaran susu formula umumnya sudah dibuat sedemikian rupa dan memperhatikan osmolaritas (tingkat kekentalan) yang disesuaikan dengan kemampuan fungsi pencernaan bayi. Juga dengan memperhatikan komposisi masing-masing produk susu yang dibuat. Jika standar pengenceran itu dilanggar, maka sistem pencernaan bayi tidak bisa menerima sehingga dapat menimbulkan gangguan pencernaan. Selain itu, fungsi pencernaan bayi umumnya belum optimal dan mudah terganggu jika asupan yang diterima "tidak sesuai" dengan kemampuannya. (www.tabloid-nikita.com, 2007).
Konstipasi atau sembelit yang berlangsung terus maka akan mengakibatkan tinja semakin keras dan padat, sehingga menyebabkan makin susahnya defekasi. Ada kemungkinan akan menimbulkan haemorrhoid, perut akan terasa penuh dan mendesak ke atas, kembung, berbunyi, mual-mual, mulut terasa pahit atau tidak enak, lidah kering, kepala pusing, nafsu makan menurun. (Hadi,  Sujono, 2002: 62)
Sembelit dapat diatasi dengan pemberian ASI ekskusif pada bayi karena ASI mengandung laktosa (gula susu). Tingginya laktosa pada ASI membuat bayi BAB normal dan berkonsultasi dengan dokter anak dalam menggunakan susu formula yang tepat. (cyberwoman.cbn.net, 2007). Selain pemberian ASI dan konsultasi, ibu juga harus mengamati gejala saluran pencernaan, gangguan perilaku, dan gangguan organ tubuh lainnya sejak bayi lahir. Sehingga ibu lebih cepat untuk mengambil tindakan. Cermati gangguan organ tubuh yang terjadi terus menerus dan terjadi jangka panjang seperti sulit BAB. Karena itu, pemberian susu formula kepada bayi harus disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah dianjurkan strategi pemilihan susu formula. Bila gangguan ringan dengan pergantian susu sapi formula yang sejenis seperti susu soya (kedelai) sehingga gangguan tersebut dapat berkurang. Secara umum prinsip pemilihan susu yang tepat dan baik untuk anak atau susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh anak. Selain itu, lakukan pengenceran susu formula dengan tepat. Laksans (pencahar) seperti sirup jagung (corn syrup), laktulosa, juice pear/ apel (sarbitol), PEG 3550 non elektrolit dapat digunakan dalam mengatasi sembelit. (www.anakku.net, 2007).
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan susu formula terhadap kejadian konstipasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar