Minggu, 16 September 2012

Hubungan pengetahuan dan perilaku pasien dalam pencegahan komplikasi OMSK di Poliklinik THT RSUD Dr. Harjono S., Sp.OG Ponorogo.


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH
        Telinga merupakan organ tubuh yang memiliki peran penting dalam kehidupan yakni sebagai indera pendengaran. Infeksi-infeksi telinga adalah kondisi-kondisi yang melibatkan dan seringkali  mengalami peradangan dari area-area berbeda dari telinga. Salah satunya yaitu  Otitis media supuratif kronik adalah peradangan mukosa telinga tengah yang ditandai dengan adanya supuratif (bernanah) yang merupakan lanjutan dari Otitis Media Akut yang mengalami pecah gendang telinga dan tidak menutup setelah 6 minggu atau non supuratif (serosa/gendang telinga utuh) (http://id.wikipedia.org, diperoleh tanggal 05 Januari 2011). Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Soepardi, 2001: 54). Otitis media supuratif kronik termasuk salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di dunia.
Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronik di negara berkembang berkisar antara 5 – 10% , sedangkan di negara maju 0,5 – 2%. Diperkirakan sekitar 10 juta penduduk Indonesia menderita Otitis Media Supuratif Kronik. Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994 – 1996 menunjukkan prevalensi Otitis Media Supuratif kronik antara 2,10 – 5,2%. Frekuensi penderita Otitis Media Supuratif kronik di RS Dr Sardjito Yogyakarta pada tahun 1997 sebesar 8,2%.12 Data dari catatan medis kunjungan kasus baru penderita Otitis Media Supuratif kronik di RS Sardjito tahun 2002 adalah 460 orang, sedangkan jumlah seluruh kunjungan di poliklinik THT pada tahun tersebut adalah 13.524 orang (Christanto. A, 2008, ¶ 1,  http://www.antonchristanto.wordpress.com, diperoleh tanggal 6 januari 2011). Berdasarkan data di Poliklinik THT RSUD Prof. Dr. Hardjono S, Sp. Og Ponorogo pada tahun 2009 jumlah pasien OMSK 180 pasien, yaitu pada bulan November-Desember penderita OMSK sejumlah 30 pasien (Hamidah, 2010: 3). Berdasarkan data Rekam Medis RSUD Prof. Dr. Hardjono Ponorogo penderita OMSK pada tahun 2010 sebanyak 158 pasien. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 2 Februari 2011 di Poliklinik THT RSUD Dr. Harjono S. Kabupaten Ponorogo pada 5 penderita Otitis Media supuratif Kronis yang memeriksakan diri di poliklinik tersebut didapatkan hasil 60 % penderita memiliki pengetahuan yang buruk dalam mencegah komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis. Dan dari 5 responden tersebut 60 % diantaranya memiliki perilaku yang positif dalam mencegah komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis dan 40 % responden memiliki perilaku yang negatif dalam mencegah komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis.
        Otitis Media Akut dengan perforasi membran timpani menjadi Otitis Media Supuratif Kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene yang buruk (Soepardi, 2001: 54). Otitis Media Supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi di dapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika mutahir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Komplikasi dari OMSK bisa mengarah ke dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan paresis nervus fasialis atau labirinitis. Bila kearah cranial (intraranial), akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak (Soepardi, dkk. 2001: 63). Bertambahnya keparahan pada penyakit ini juga disebabkan karena kebiasaan-kebiasaan yang salah seperti kebiasaan mengeluarkan ingus dengan memencet kedua hidung, mandi atau berenang atau menyelam pada penderita dengan gendang telinga berlubang tanpa menggunakan pelindung telinga dan kebiasaan mengorek telinga. Kurangnya tindakan pencegahan komplikasi akan menghasilkan berjuta  orang dengan ketulian (Anonimus, 2008, ¶ 2, http://id.wikipedia.org, diperoleh 05 januari  2011).
        Komplikasi ini dapat dipengaruhi oleh oleh beberapa hal salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hal yang mempengaruhi perilaku seseorang (overt behavior). Notoatmodjo (2003, menyitir pernyataan Blum:1974) mengatakan bahwa perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah factor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. 
        Untuk mewujudkan derajat kesehatan manusia yang optimal maka diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Sebaiknya bagi penderita Otitis Media melakukan pencegahan agar tidak terjadi kekambuhan atau komplikasi yang lebih parah lagi dari Otitis Media Supuratif Kronik yaitu dengan menjaga kebersihan telinga, tidak terlalu sering mengorek-ngorek telinga, menjaga telinga agar tidak kemasukan air, makan makanan yang bergizi dan rutin untuk kontrol.
        Dari uraian tersebut diatas, diharapkan pengetahuan pasien meningkat menjadi baik. Sehingga perilaku pasien dalam pencegahan komplikasi OMSK juga baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku pasien dalam pencegahan komplikasi OMSK di Poliklinik THT RSUD Dr. Harjono S., Sp.OG Ponorogo.

B.     RUMUSAN MASALAH
        Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan pengetahuan dan perilaku pasien dalam pencegahan komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis di Poliklinik THT RSUD Dr. Harjono S., Sp.OG Ponorogo ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar