Minggu, 12 Agustus 2012

METODE KISAH PADA MATA SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MIN SEMEN KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2008-2009.



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam studi yang kontroversial Stanley Eronowitz mengkritik dengan tajam praktek pendidikan yang menekankan pada pendidikan kejuruan dan terapan dan mengesampingkan aspek pendidikan moralitas dalam sistem pendidikan formal di Amerika tahun 70-an dan 80-an. Menurut Eronowitz sistem Pendidikan tersebut dianggap ikut andil dalam meruntuhkan peradaban Amerika premanistik, permisif dan kapitalis. Selanjutnya, Pendidikan tersebut dianggap hanya berorientasi materialistis dan menghilangkan unsur-unsur pendidikan, moral, emosional dan spiritual peserta didik didik.[1]
Praktek pendidikan gaya Amerika tersebut ternyata banyak diadopsi, tidak hanya di belahan Amerika dan Eropa, namun dalam dasawarsa terakhir, Indonesia juga menjadikan pendidikan yang berbasis pada kejuruan (link and match) sebagai pioner pendidikan Indonesia, karena dianggap mampu mengentaskan generasi muda dari pengangguran dan kemipainan, maka secara futuristik dapat diramalkan, masa depan pendidikan dan generasi Indonesia ke depan tidak akan berbeda jauh dari Amerika yang sekuler.
Diakui secara umum, dalam kehidupan bernegara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia masyarakat Indonesia di satu sisi.namun pada sisi yang lain, ancaman kebejatan moral generasi muda menghadang di depan mata, apabila praktrek pendidikan lebih dominan aspek materialismenya daripada mengedepankan aspek pengembangan kecerdasan emosianal, dan spiritual. generasi yang berimbang tentu saja adalah generasi yang memiliki sumber daya manusia yang berimbang, antara tiga aspek, yaitu intelektual, emosional, dan spiritual, sehingga mereka mampu mengapresiasi perubahan sosial dengan penuh kedewasaan dan kemapanan berpikir.
Indonesia yang notabene mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, sudah seharusnya Pendidikan Agama Islam mendasari pendidikan-pendidikan yang lain, serta menjadi ruh pendidikan bagi masyarakat, orang tua, dan sistem pendidikan formal. Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah umum mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi seharusnya mampu mencitrakan pendidikan moral dan etika sebagai basis pendidikan ilmu-ilmu yang lain. Apalagi Sekolah Dasar, sebagai institusi pendidikan dasar seharusnya menjadikan pendidikan moral dan etika sebagai inpirasi dari keseluruhan sistem pendidikan, maka tidaklah dapat dikatakan proporsional, jika hanya menyediakan 2-4 jam perminggu untuk pendidikan agama.
Pendidikan Agama Islam di sekolah seyogyanya meletakkan dasar kurikulumnya seperti madrasah atau sekolah-sekolah yang bernuansa Islam,. Demikian halnya dalam peningkatan mutu pendidikan, Pendidikan Agama Islam harus dijadikan tolok ukur dalam membentuk  watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa.
Madrasah Ibtidaiyah merupakan sebuah lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya mempelajari beberapa mata pelajaran yang salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencaPAI tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di Madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: al-Qur’an-Hadits, Aqidah-akhlak, fiqh, dan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-Qur’an-Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber aqidah-akhlak, syari’ah/fiqih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Aqidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fiqih (ibadah, muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari aqidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari aqidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah/fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlaq merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah.
Pendidikan agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri dari empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Al-Qur’an-Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Fiqh menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Sedangkan aspek Tarikh & kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah, Kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, samPAI perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650 M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.
Penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan me-review Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek Tarikh & Kebudayaan Islam untuk SD/MI, serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006, tanggal 1 Agustus 2006, Tentang Pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa Madrasah dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi :
1. Dakwah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah,
2.   Kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat.
3. Perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650 M – 1250 M
4. Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M – 1800 M)
5. Perkembangan Islam pada masa modern /zaman kebangkitan (1800-sekarang)
6.  Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam harus dikembangkan dengan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, yang dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[2]
Adapun Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meingkatkan keimanan melalui pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[3]
Pendidikan Agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Peranan nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akherat[4].
Penanaman nilai pendidikan Agama Islam  berhubungan dengan metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, agar kinerja pembelajaran mudah ditangkap oleh peserta didik, tidak hanya dimengerti dalam wilayah intelektual, tetapi mampu membentuk karakter emosional dan spiritual peserta didik dalam bingkai agama Islam.
Dalam pendidikan Agama Islam, faktor metode adalah faktor yang tidak bisa diabaikan, karena metode turut menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. Hubungan antara tujuan dan metode Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat[5]. Artinya, jika metode pendidikan digunakan dengan baik dan tepat, maka tujuan pendidikan besar kemungkinan akan dapat dicapai
Salah satu dari sekian banyak metode pendidikan Agama Islam adalah metode kisah, metode tersebut merupakan salah satu metode yang cukup efektif untuk menyampaikan materi pendidikan kepada Peserta Didik, metode kisah merupakan retrospeksi berbagai pesan-pesan moral yang cukup elegan dan elastis, metode kisah mampu membawa peserta didik didik pada situasi bawah sadar, mengapresiasi peristiwa-peristiwa empiris maupun fiktif-positif dalam pengertian mereka. Singkatnya metode kisah merupakan alternatif yang baik untuk menyampaikan materi-materi pendidikan Agama Islam. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Metode Kisah Pada Mata Sejarah Kebudayaan Islam Di MIN  Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2008-2009.


[1] Stanley Eronowitz, 1995, Education Under Siege, Macmillan, University Press, hlm 23
[2] Abdul Madjid, et. all.,2004, Pendidikan Berbasis Kompetensi, Bandung, PT Remaja Rosda Karya, hlm. 130
[3] Ibid. hlm. 135
[4] Abdul Munir Mulkan,1993, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta, Sipress, hal. 75
[5]  Suyudi, 2003, Pendidikan dalam Persepktif Al-Qur’an, Yogyakarta ,Mikraj press, hal. 68

1 komentar:

  1. Betway Casino - New York - JMHub
    Get up to $100 in 안양 출장안마 Betway Casino Promo Codes for 용인 출장마사지 New York Betway Promo 당진 출장안마 Code is NEWBONUS for December 2021 포항 출장안마 The 수원 출장마사지 Betway Bonus Code is: Click Here.

    BalasHapus